11/06/2013


[Aku Begini, Kau Begitu]




Akhwat yang sudah menikah:
"Pernikahan itu -kadang- tidak seindah yang kita bayangkan, semulus kata-kata di buku-buku pernikahan, semerdu lantunan ceramah di radio atau kajian-kajian. Cobaan datang lebih banyak, sedang -seringkali- aku masih belum siap menjalaninya. Keluargaku begini dan begitu, sedang mertuaku begini dan begitu, aku sendiri harus rela mengubur sedikit impianku untuk hadir di majelis ilmu karena kesibukanku, sedang suamiku meninggalkanku, membuatku cemburu dengan pekerjaan yang mengganggu, mencuri waktu dariku..."

Akhwat yang belum menikah:
"Kesendirian itu sangat menggelisahkan. Aku harus menghadapi hidup seorang diri, menghalau fitnah syahwat dan syubhat tanpa ada yang mendampingi, menguatkan dan memberi sandaran saat jatuh air mata ke pangkuan. Aku pun harus rela membunuh kenikmatan bersama menghadiri majelis ilmu karena jauhnya perjalanan. Aku butuh mahram untuk menyandingku, berbagi kisahku yang penuh penentangan. Kau tahu, ukhty yang telah menikah... kau sudah menggenggam kunci surga itu. Sedang aku... aku hanya masih mampu membuka jalan kesana, dengan terus dan terus menuntut ilmu..."

***

Saudariku yang kucintai karena Allooh...

Bersyukurlah dengan pernikahanmu, karena teramat banyak wanita yang menangisi kesendiriannya di tengah memutih ubannya, bersyukurlah engkau memiliki kunci surga jika engkau ridho melayani suami, bersyukurlah karena telah dikarunia anak yang lucu, lantaran tidak sedikit hambaNya yang harus mengeluarkan uang tak terhitung jumlahnya hanya untuk mendapatkan seorang anak penyejuk mata baginya..

Atau bagi yang belum menikah, maka bersyukurlah karena masih ada kesempatan untuk menuntut ilmu, berbakti pada orangtua, menghafal alqur'an, hadits, dan lain sebagainya yang jarang bisa dilakukan jika sudah menikah kelak...

Bukan aku berharap engkau terus sendiri, tapi jika belum jua datang padamu ketetapan Alloh atas pendampingmu, maka jangan keluhkan atau berputus asa dengan itu.. Keluhanmu sedikit demi sedikit akan menggerogoti rasa syukurmu pada takdir Alloh...

Abud-Darda’ Radhiyallahu anhu berkata. “Apabila Allah telah menetapkan suatu takdir, maka yang paling dicintai-Nya adalah meridhai takdir-Nya”. (Az-Zuhd, Ibnul Mubarak, hal. 125)

Perbaharuilah imanmu dengan lafazh la ilaha illallah dan carilah pahala di sisi Allah karena cobaan yang menimpamu.

Janganlah sekali-kali engkau katakan : “Andaikan saja hal ini tidak terjadi”, tatkala menghadapi takdir Allah. Tiap orang telah dituliskan padanya jejak-jejak hidup yang terbaik untuk ia jalani.

”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS Al Baqarah [2] : 286).
Sesungguhnya tidak ada taufik kecuali dari sisi Allah.

Dari Shuhaib radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Artinya : Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Apabila mendapat kelapangan, maka dia bersyukur dan itu kebaikan baginya. Dan, bila ditimpa kesempitan, maka dia bersabar, dan itu kebaikan baginya”. (Ditakhrij Muslim, 8/125 dalam Az-Zuhud)

“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”. (Al-Baqarah : 177)

“Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”. (An-Nahl : 96)

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (Az-Zumar : 10)

Tidakkah engkau mendengar perkataan seorang hamba yang shalih (Yusuf) : “Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku”.

Maka jadikanlah Allah sebagai tempatmu mengadu tatkala ada musibah yang menimpamu. Sesungguhnya Dia adalah penanggung jawab yang paling mulia dan yang paling dekat untuk dimintai do’a”. (Al-Aqdud-Farid, 2/282)
Be First to Post Comment !
Post a Comment